Template Information

Home » » Solo City Jazz Lebih Ekspresif dengan Solo City Jazz

Solo City Jazz Lebih Ekspresif dengan Solo City Jazz

Written By Unknown on Sabtu, 22 September 2012 | 01.24.00


SOLO–Pergelaran Solo City Jazz, yang digelar di depan Pasar Triwindu, Ngarsopuro Solo, Jumat (21/9), malam dibuka oleh Walikot Solo, Jokowi. Gebukan drum Joko Widodo itu membuka ajang ngejaz bersama.

Pergelaran musik jaz malam itu dibuka dengan iringan lagu Bengawan Solo oleh Deputy 1 Bidang Kepemudaan dan kementerian Pemuda dan Olahraga, KRT Bambang Trijoko. Mengiringi lagu yang biasa dinyanyikan dengan musik keroncong, barisan-barisan nada dalam musik jazz membuat lagu Bengawan Solo terdengar lebih segar. Sebuah kolaborasi seni tradisi dan aliran musik modern yang cukup apik.
Dilanjutkan dengan penampilan Jamm’z Connection dan penyanyi berbakat Diah Ayu Lestari, suasana di Ngarsopuro malam itu semakin hangat. Penyanyi muda itu tampil menawan dengan menggeber delapan lagu seperti Curly Hair, Dasar lelaki, Hai Kau, dan Hey Baby.
Bukan hanya tampil dengan lagu-lagu dalam albumnya sendiri, Diah, malam itu lagi-lagi memberikan suguhan musik jaz yang ekspresif saat membuka lagu pertama dengan lantunan syair Suwe Ora Jamu. “Suwe ora jamu. Jamu godhong telo. Suwe ora ketemu, temu pisan dadi gelo,” nyanyinya.
Tampilan musisi asal papua Iwanouz, tak kalah menariknya. Lelaki yang khas dengan rambut kribonya ini mengawali penampilan dengan ngejam bersama Jamm’z Conection. Ditambahi sentuhan musik Papua, komposisi nada dalam jazz kolaborasi dua musisi yang menggunakan tempo cepat itu berhasil membuat ratusan penonton yang datang menggoyangkan kepala dan badannya.

Bukan hanya diisi dengan tampilan ekspresif para musisi jazz. Solo City jazz hari pertama yang juga diisi Prabumi, Healthy Body dengan Jazz dan Ska-nya, Ari Pramundito dan musisi jazz Indonesia Mus Mujiono malam itu juga disuguhi dengan konsep panggung bergerak. Sebanyak enam model mengenakan red batik berdiri dan terus bergoyan di atas perahu buatan berbahan bambu yang dipasang di enam titik.

Konsep itu, menurut Artistik Director Solo City Jazz , Heru Mataya, sengaja disuguhkan untuk memberikan kesan sederhana. Bahwa musik jazz dekat dengan semua kalangan masyarakat dari berbagai usia. “Permainan bambu itu dibuat agar menyatu dengan arsitektur triwindu. Menggambarkan sebuah optimisme bahwa jazz bisa diterima semua kalangan,” ucapnya saat ditanya wartawan, Jumat malam.
Share this article :

0 komentar:

Posting Komentar

Subscribe me

Subscribe via RSS Feed If you enjoyed this article just click here, or subscribe to receive more great content just like it.


 
Support : Your Link | Your Link | Your Link
Copyright © 2013. Bengawan Pos - All Rights Reserved
Template Created by Creating Website Modified by CaraGampang.Com
Proudly powered by Blogger